Desember 20, 2013

Pengorbanan Terakhir

Siang itu, Fachrul masih duduk di beranda mushola. Dia baru saja menunaikan sholat zuhur. Ketika itu, salah seorang sahabatnya yang bernama Ridwan menghampirinya untuk menyampaikan sesuatu yang cukup berat disampaikan pada Fachrul sahabat terbaiknya.

Melihat kedatangan Ridwan, Fachrul langsung menyambutnya dengan senyuman khasnya. Begitu sampai, Ridwan langsung duduk di samping Fachrul dengan penuh kecemasan. Melihat keadaan itu, Fachrul langsung bertanya-tanya dalam hati, mereka berdua saling membisu dalam pikiran masing-masing.

 Setelah beberapa lama, akhirnya Ridwan berani untuk bicara. Dengan sedikit berbasa-basi, Ridwan pun mengatakan pada Fachrul kalau Safitri, wanita yang Fachrul cintai menderita penyakit kronis yaitu “GAGAL GINJAL” dan sekarang sedang menjalani perawatan intensif di rumah sakit, dan dia membutuhkan donor ginjal agar dapat sehat kembali.

Mendengar hal itu, Fachrul langsung lemas seakan langit runtuh menimpanya. Dia tahu, tak mungkin dirinya menangis. Sebab dia adalah lelaki, tapi jujur hatinya saat itu hancur tanpa sisa. Betapa tidak, wanita yang sangat dicintainya menderita penyakit yang amat parah. Tanpa menunggu waktu lagi, Fachrul langsung menuju ke rumah sakit tempat di mana Safitri dirawat.

Sesampainya di sana, Fachrul langsung menuju kamar di mana Safitri dirawat. Begitu dirinya sampai di depan pintu kamar Safitri, dia hanya terpaku dan memandangi pujaan hatinya dari luar jendela. Tubuh Safitri membujur kaku, wajahnya terlihat pucat pasi tapi senyum manis selalu tersungging di bibir mungilnya. Fachrul yang melihat itu, tak terasa air mata telah mengalir membasahi kedua pipinya.

Fachrul tak dapat berlama-lama di situ, sebab dia harus segera menemui dokter yang merawat Safitri. Setelah sampai di ruangan sang dokter, dia langsung masuk ke ruangan tersebut sebab dokter Ardi telah lama menunggunya.  Setelah saling menyapa, Fachrul segera mengutarakan maksud kedatangannya yakni untuk menjadi pendonor ginjal bagi Safitri. Dokter Ardi pun segera melakukan pemeriksaan terhadap Fachrul dan mengatakan bahwa ginjal Fachrul sangat cocok dengan ginjal Safitri.

Setelah beberapa minggu, akhirnya hari operasi pun tiba. Safitri yang masih dibantu dengan alat bantu pernafasan digiring menuju ruang operasi berdampingan dengan Fachrul yang hari itu dengan ikhlas merelakan sebelah ginjalnya didonorkan pada Safitri. Operasi pun dimulai, tim dokter berusaha semampunya karena semua hasilnya ditentukan oleh Yang Maha Kuasa. Tiga jam berlalu, dan Alhamdulillah operasi telah selesai. Dan hasilnya, dua sejoli ini selamat tanpa ada hambatan.

Beberapa minggu berlalu, keadaan Safitri telah pulih seperti sedia kala. Tapi entah mengapa kini Ridwan yang selalu menemaninya? bukan Fachrul kekasihnya. Ternyata ini semua adalah permintaan dari Fachrul. Fachrul mengatakan pada dokter Ardi jika Safitri menanyakan siapa pendonor ginjal untuknya? katakanlah Ridwan, sebab Fachrul tahu diam-diam ternyata Ridwan amat sangat mencintai Safitri dengan sepenuh hati.

Semua itu berlalu bersama iringan waktu, Fachrul semakin tak mampu bertahan hidup dengan satu ginjalnya, sedangkan di sisi lain, Safitri dan Ridwan telah menjalin hubungan yang amat serius.Suatu hari Fachrul ingin mengatakan sesuatu pada Safitri, akhirnya dia mengundang Safitri dan Ridwan untuk berkunjung ke rumahnya.  Setelah keduanya sampai, Fachrul menyambut mereka dengan senyuman meski pucat telah menghiasi wajah tampannya. Dengan sedikit bercanda, Fachrul menggoda Ridwan yang terlihat sungkan di hadapannya. Safitri sendiri hanya mampu menatap Fachrul tanpa ingin menyentuhnya sebab baginya Fachrul adalah lelaki yang kejam dan tak punya hati yang telah membiarkan dirinya bergelut dalam penyakit gagal ginjal yang hampir merenggut nyawanya.

Tanpa disadari,tiba-tiba Fachrul pingsan dan tak berdaya. Dengan sigap, Ridwan langsung membopong tubuh sahabatnya ke dalam kamar. Beberapa menit kemudian, Fachrul tersadar dari pingsannya. Dengan sekuat tenaganya Fachrul mencoba untuk duduk, melihat itu Ridwan segera membantunya. Fachrul menatap Safitri dengan sorot mata yang tajam, lalu dia berujar  “Aku memang lelaki yang kejam di matamu, tapi insya Allah tidak di mata Sang Pengasih. Aku rela dirimu bahagia tanpa hadirku, meski itu harus aku lakukan dengan sebuah pengorbanan terakhir sebagai bukti cinta tulusku padamu dan rasa sayangku pada sahabatku yang kini telah menjadi kekasihmu”. Mendengar apa yang dikatakan Fachrul, Safitri hanya bisa menangis tersedu-sedu dan Ridwan sangat menyesal dengan segala keegoisannya. Sesaat kemudian, Fachrul telah menghembuskan nafas terakhir dengan senyuman yang abadi dalam kedamaian.
                                                                                                                                                                  
        
Penulis: Ernawati Rajak Jurusan Ilmu Komunikasi Semester 3 di Unitri Malang.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | SharePoint Demo