Judul Buku: Cara Mudah Belajar Filsafat (Barat dan Islam)
Penulis: Dr. Fu’ad Farid Isma’il & Dr. Abdul Hamid Mutawalli
Cetakan Pertama: Februari 2012
Jumlah: Halaman 346
Penerbit: IRCiSoD Jogjakarta
Peresensi: Subaidi
PADA dasarnya, manusia
telah dikaruniai akal sejak berada di alam rahim. Yaitu, saat berumur
120 hari dalam kandungan ibunya. Karenanya manusia lahir kedunia di
anugerahi fitrah akal untuk berpikir. Potensi rasionalisme inilah yang
bukan hanya membedakan manusia dengan makhluk Tuhan lainnya. Semisal,
hewan dan tumbuh-tunbuhan. Potensi akal yang ada dalam otak manusia
tersebut bila mana difungsikan secara positif akan mengantarkan manusia
pada capaian-capaian yang mengagumkan secara spiritual sekaligus
material.
Dalam
kehidupan sehari-hari, manusia selalu berjumpa dengan hal-hal yang
absurt atau abstrak. Lantas bertanya, dan berpikir merasionalisasikan
yang menggerakkan spiritualitas. Hingga pada akhirnya manusia terhantar
kepuncak kesadaran bahwa ada “Wujud Pertama” yang dilegitimasi sebagai
kemahakuasaan di luar dirinya, itulah Tuhan yang menciptakan segala isi
Sekarang ini, seringkali kita
jumpai baik diberita medi massa maupun diruang nyata. Manusia yang
melegitimasi dirinya sebagai Tuhan, terorisme, radikalisme, liberalisme
dan ateisme yang mengingkari eksistensi Tuhan sebagai Dzat pencipta.
Sebab demikian, tidak berarti fitrah rasionalitas itu berdiri sendiri
dan berjalan tanpa problem. Teramat banyak kasus historis yang
menunjukkan betapa keagungan rasionalitas itu pulalah yang turut
menyesatkan manusia kecuram-curam penghancuran dirinya-sendiri sebagai
Dari semua aliran-aliran yang
membahayakan di atas, untuk mengantarkan pada jawaban sementara ialah
disebabkan “dunia filsafat”, nyaris semua pembangkang Tuhan adalah para
filsuf. Atau setidaknya, mereka yang pernah bergaul dan intim dengan
filsafat. Terutama teman-teman remaja dikalangan mahasiswa yang notabene
memiliki sikologis dan psikologis kurang stabil. Begitupun sebaliknya,
teramat banyak filsuf yang tunduk kian takzim sebagai hamba Tuhan
setelah mendalami dan menekuni dunia filsafat. Seperti, Ibnu Sina dan
Al-Farabi, Al-Ghazali, Ibnu Rusyd, Kalsteinbrink dan Annimarie
Schimmell. Selintingan dualisme klaim dari kausal dunia filsafat di
atas, menyebabkan adanya kesetaraan jumlah klaim “kemungkaran” yang di
akibatkan oleh filsafat dengan klaim “keshalehan” yang dimotivasi oleh
dunia filsafat. Lalu pertanyaanya, faktor apa yang menyebabkan atau yang
mendorong manusia terhadap dua hal di atas?. Dan pentingkah filsafat
dalam kehidupan manusia yang telah difitrahi
Buku ini menjawab sistematis
yang bilamana dibaca dan dikaji akan mendorong motivasi manusia kepada
keshalehan. Melalui uraian-kajian sebagai berikut: pengertian filsafat,
filsafat dan agama, filsafat dan ilmu, kajian-kajian filsafat, filsafat
barat dari masa Yunani sampai masa modern, filsafat Barat (filsafat
kontemporer), pemikiran filsafat dalam islam dan filsafat etika. Serta
menyuguhkan tentang cara-cara mudah belajar filsafat yang di sajikan
dengan bahasa sederhana dan gampang
Dalam sub poin (Hubungan
Filsafat dan Islam). Dr. Fuad Farid Ismail dan Dr. Abdul Hamid Mutawalli
(penulis buku ini) secara komparatif menyebutkan bahwa sesunggunya,
ajaran-ajaran islam yang luhur menganjurkan manusia untuk membangun
basis keimanan di atas dasar rasionalitas. Islam senantiasa mendorong
manusia untuk tidak menyia-nyiakan akal pikiranya. Sesuai bunyi ayat
Al-qur’an yang memerintahkan manusia untuk senantiasa menggunakan panca
indra dan akal yang diberikan Allah kepadanya. (QS. Al-a’raf: 185), yang
artinya: “dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan
bumi, dan segala apa yang diciptakan Allah. Dan kemungkinan telah
dekatnya waktu (kebinasaan) mereka?. Lalu berita mana lagi setelah ini
yang akan mereka percayai?”. Ibnu Rusyd mendukung pernyataan di atas bahwa: “hikmah (filsafat) adalah kawan akrab sekaligus saudara sesusuan syariah (Agama)”. (hal.
Tidak hanya itu, dua penulis
buku ini juga mengkaji para filsuf Yunani antara akidah dengan filsafat
dalam perspektif pemikiran filsuf-filsuf islam. Tentang logika, etika,
politik, agama, metafisika dan lain-lain. Terutama dalam filsafat akidah
syariat islam yang banyak ditemukan ketidak cocokan antara pemikiran
tersebut dengan segi ajaran agama islam secara filosofis. Kedua penulis
buku ini mengkomparasikan-mengkaji dari berbagai sudut pandang aliran
filsafat (filsafat barat, Yunani dan
Dalam hal ini, menurutnya ada dua kelompok filsuf, yaitu kelompok pertama,
ialah kelompok para penganut filsafat positivisme yang berpandangan
sempit terhadap ruang-ruang pengkajian filsafat. Sehingga tidak
menyisakan ruang sedikitpun bagi filsafat untuk mengkaji objek tertentu.
Filsafat hanya disebut sebagai suatu cara atau metode untuk menganalisa
kata-kata yang tidak lebih dari sekedar logika. kolompok kedua, dalam
kelompok ini mereka lebih memperluas objek kajiannya terhadap alam dan
manusia. Ia mengkaji politik, sejarah, dan kebudayaan manusia.
Sebagaimana juga agama, seni, bahasa dan lain-lain. Yang di perkuat
dengan ungkapan Al-Farabi bahwa: “tidak ada entitas apapun di alam semesta ini, kecuali filsafat mempunyai pintu masuk kedalamnya”. (hal. 50-51).
Sedangkan menurut kedua penulis
yang terlihat sangat menguasai eskalasi sejarah filsafat dunia ini,
perbedaan tersebut dilatar belakangi dari perbedaan pijakan ontologis
dan epistimologis yang dipeganginya. Yang pada akhirnya berimplikasi
pada tataran aksiologisnya masing-masing. (hal. 52).
Keberagaman ini melahirkan cara
berpikir manusia yang berbeda dalam melihat dan memaknai realitas hidup.
Serta menyertakan makna-fungsi filsafat bagi kehidupan manusia
(terutama bagi umat muslim) dan nilai-nlai filsafat etika yang sangat
mendasar secara religius sekaligus sosial. Bahwa artinya sejauh ini
filsafat sangat memiliki makna dan fungsi urgen dalam kehidupan manusia
sebagai hamba yang di karuniai akal. Tujuannya ialah untuk mengantarkan
manusia kepada puncak hakikatnya. Sungguh luar biasa.
Hanya sanya, meskipun terlihat apik dari
pemilahan dalam berbagai bagian analisis dan penyusunan bahasa yang
sederhana, sehingga mudah dipahami pembaca. Buku yang tebalnya 146
halaman ini tidak berdasarkan kemurnian pemikiran dua penulisnya. Akan
tetapi buku ini hanyalah salinan yang diterjemahkan oleh Didin
Faqihuddin, S.Ag. dari buku aslinya yang berjudul “Mabadi’ Al-falsafah Wa Al-akhlaq” menjadi sebuah buku “Cara Mudah Belajar Filsafat (Barat dan Islam)”. Selamat membaca dan mengkaji.
*Mahasiswa UNITRI Malang, semester 6 Jurusan ilmu Komunikasi
0 komentar:
Posting Komentar