April 27, 2013

Mawardi Stiawan

Selamat Tahun Baru, Sayang

Di kota yang dingin ini. Aku terdiam lalu tersungkur memelihara mimpi, yang kadang tumbuh kadang lumpuh dalam otakku sendiri. Kamu tahu apa yang kurasakan waktu itu. Tubuhku begitu gigil, mulutku ngingau dan pikiranku merantau. Lantaran doa-doa dan sabda rindu gagal kudiamkan disini, dihatiku. sayang
Kini, aku kembali menggelar rindu dengan segenap rasaku. Ia tentang rasa yang pernah terluntah-luntah. Hingga aku tidak tahu, apa itu luka, apa itu derita, apa itu nestapa, yang jelas galau terus menjadi teman setiaku. Kini yang tersisa hanya sebuah senyuman dan penggalan-penggalan doa  dari kemesraan yang dulu pernah kita ucapkan diawal tahun itu.

Masihkan kau ingat sayang. Dua belas kali purnama itu, bukanlah waktu yang panjang, hanya sebatas nafas didada dan kedipan  di mata.  Waktu tidak pernah main-main. Ia akan melibas, melempar bisa-bisa kita pun tersingkirkan lalu tenggelam dan lenyaplah kita.

Dan aku tidak ingin seperti itu, sayang. Aku ingin terus bersamamu, menggelar doa-doa, merumuskan cita-cita dan kitalah sang penakluk rasa. Bukan siapa-siapa. 

Aku ingin terus bersamamu. Karena aku ingin mengulang kembali sebuah nyanyian rindu tentang biru ilalang dan padi kecil yang baru di tanam kemarin sore itu. Lalu setelah itu, aku ingin melamar bulan dengan sebuah tarian bambu dari angin musim. Barangkali ada doa pemanjat yang bisa kuhaturkan kepadaNya.

Selamat tahun baru, sayang
Apakah kau masih ingat tentang matahari yang merindukan cumbuh-mesra malam. Tentang januari yang akan segela mengganti tahun. Tentang desember yang akan pulang melanjutkan perjalanan dan tibalah januari baru itu. Dan burung-burung mulai berkicau. Bunga bermekaran. Ia kadang-kadang aku merindukan rintik hujan yang turun mengantarkan rindu. Itulah hujan yang kuyakini adalah anugrah yang ingin tuhan sampaikan kepada kita, alam yang bersua.

Ya, meski kadang lupa waktu, lupa jalan dan lupa belajar. Barangkali kita terlalu nikmat menikmati keindahan ini. Hingga kita lupa dengan kenangan januari dan februari yang berusaha mengajak kita bermesraan mencumbui mimpi yang pernah kita tanggalkan di april itu. Meski sebenarnya aku tidak ingin luka ini terus menjadi penjajah bagi segenap rasaku. Sekali lagi, marilah sayang. Kita putar kembali dan tanggalan kembali kenangan itu. Biar januari yang akan kita temui lebih mesra dan damai bersama cita-cita dan doa kita bersama

Selamat tahun baru, sayang
Aku ingin terus bersamamu. Antara januari dan desember berikutnya. Sebab kuyakini kita semestinya harus selalu menggelar doa kepadaNya dan memelihara angan-angan dengan sepenuh hati. Hingga akhirnya kebahagian itu kita miliki tanpa kecuali.




Mawardi: salah satu Perintis Komunitas Persi, Annuqayah Daerah Lubangsa sekaligus sebagai Mahasiswa Unitri Jurusan Ilmu Komunikasi. dan karya-karyanya pernah dimuat di Malang Post, Buletin Jejak dan Mimbar Jatim.

selain itu, dia juga pernah meraih lomba cipta puisi dalam rangka Unitri Mencari Bakat (UMB) 2012 di Universitas Tribhuwana Tinggadewi Malang.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | SharePoint Demo