Di kota yang dingin ini. Aku terdiam lalu tersungkur memelihara mimpi, yang kadang tumbuh kadang lumpuh dalam otakku sendiri. Kamu tahu apa yang kurasakan waktu itu. Tubuhku begitu gigil, mulutku ngingau dan pikiranku merantau. Lantaran doa-doa dan sabda rindu gagal kudiamkan disini, dihatiku. sayang
Kini, aku kembali menggelar rindu dengan segenap rasaku. Ia tentang rasa yang pernah terluntah-luntah. Hingga aku tidak tahu, apa itu luka, apa itu derita, apa itu nestapa, yang jelas galau terus menjadi teman setiaku. Kini yang tersisa hanya sebuah senyuman dan penggalan-penggalan doa dari kemesraan yang dulu pernah kita ucapkan diawal tahun itu.
Masihkan kau
ingat sayang. Dua belas kali purnama itu, bukanlah waktu yang panjang, hanya
sebatas nafas didada dan kedipan di mata. Waktu tidak pernah main-main. Ia akan
melibas, melempar bisa-bisa kita pun tersingkirkan lalu tenggelam dan lenyaplah
kita.
Dan aku tidak
ingin seperti itu, sayang. Aku ingin terus bersamamu, menggelar doa-doa,
merumuskan cita-cita dan kitalah sang penakluk rasa. Bukan siapa-siapa.
Aku ingin terus
bersamamu. Karena aku ingin mengulang kembali sebuah nyanyian rindu tentang
biru ilalang dan padi kecil yang baru di tanam kemarin sore itu. Lalu setelah
itu, aku ingin melamar bulan dengan sebuah tarian bambu dari angin musim.
Barangkali ada doa pemanjat yang bisa kuhaturkan kepadaNya.
Selamat
tahun baru, sayang
Apakah
kau masih ingat tentang matahari yang merindukan cumbuh-mesra malam. Tentang
januari yang akan segela mengganti tahun. Tentang desember yang akan pulang
melanjutkan perjalanan dan tibalah januari baru itu. Dan burung-burung mulai
berkicau. Bunga bermekaran. Ia kadang-kadang aku merindukan rintik hujan yang turun
mengantarkan rindu. Itulah hujan yang kuyakini adalah anugrah yang ingin tuhan
sampaikan kepada kita, alam yang bersua.
Ya, meski kadang
lupa waktu, lupa jalan dan lupa belajar. Barangkali kita terlalu nikmat
menikmati keindahan ini. Hingga kita lupa dengan kenangan januari dan februari
yang berusaha mengajak kita bermesraan mencumbui mimpi yang pernah kita
tanggalkan di april itu. Meski sebenarnya aku tidak ingin luka ini terus
menjadi penjajah bagi segenap rasaku. Sekali lagi, marilah sayang. Kita putar
kembali dan tanggalan kembali kenangan itu. Biar januari yang akan kita temui
lebih mesra dan damai bersama cita-cita dan doa kita bersama
Selamat
tahun baru, sayang
Aku ingin terus bersamamu. Antara januari dan
desember berikutnya. Sebab kuyakini kita semestinya harus selalu menggelar doa
kepadaNya dan memelihara angan-angan dengan sepenuh hati. Hingga akhirnya kebahagian
itu kita miliki tanpa kecuali.
Mawardi: salah satu Perintis Komunitas Persi, Annuqayah Daerah Lubangsa sekaligus sebagai Mahasiswa Unitri Jurusan Ilmu Komunikasi. dan karya-karyanya pernah dimuat di Malang Post, Buletin Jejak dan Mimbar Jatim.
selain itu, dia juga pernah meraih lomba cipta puisi dalam rangka Unitri Mencari Bakat (UMB) 2012 di Universitas Tribhuwana Tinggadewi Malang.
0 komentar:
Posting Komentar