Mei 27, 2013

Makna Dan Fungsi Filsafat Bagi Kehidupan Manusia

Judul Buku: Cara Mudah Belajar Filsafat (Barat dan Islam)
 
Penulis: Dr. Fu’ad Farid Isma’il & Dr. Abdul Hamid Mutawalli
Cetakan Pertama:  Februari 2012

Jumlah: Halaman 346

Penerbit: IRCiSoD Jogjakarta

Peresensi: Subaidi

PADA dasarnya, manusia telah dikaruniai akal sejak berada di alam rahim. Yaitu, saat berumur 120 hari dalam kandungan ibunya. Karenanya manusia lahir kedunia di anugerahi fitrah akal untuk berpikir. Potensi rasionalisme inilah yang bukan hanya membedakan manusia dengan makhluk Tuhan lainnya. Semisal,  hewan dan tumbuh-tunbuhan. Potensi akal yang ada dalam otak manusia tersebut bila mana difungsikan secara positif akan mengantarkan manusia pada capaian-capaian yang mengagumkan secara spiritual sekaligus material.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu berjumpa dengan hal-hal yang absurt atau abstrak. Lantas bertanya, dan berpikir merasionalisasikan yang menggerakkan spiritualitas. Hingga pada akhirnya manusia terhantar kepuncak kesadaran bahwa ada “Wujud Pertama” yang dilegitimasi sebagai kemahakuasaan di luar dirinya, itulah Tuhan yang menciptakan segala isi 

Sekarang ini, seringkali kita jumpai baik diberita medi massa maupun diruang nyata. Manusia yang melegitimasi dirinya sebagai Tuhan, terorisme, radikalisme, liberalisme dan ateisme yang mengingkari eksistensi Tuhan sebagai Dzat pencipta. Sebab demikian, tidak berarti  fitrah rasionalitas itu berdiri sendiri dan berjalan tanpa problem. Teramat banyak kasus historis yang menunjukkan betapa keagungan rasionalitas itu pulalah yang turut menyesatkan manusia kecuram-curam penghancuran dirinya-sendiri sebagai 

Dari semua aliran-aliran yang membahayakan di atas, untuk mengantarkan pada jawaban sementara ialah disebabkan “dunia filsafat”, nyaris semua pembangkang Tuhan adalah para filsuf. Atau setidaknya, mereka yang pernah bergaul dan intim dengan filsafat. Terutama teman-teman remaja dikalangan mahasiswa yang notabene memiliki sikologis dan psikologis kurang stabil. Begitupun sebaliknya, teramat banyak filsuf yang tunduk kian takzim sebagai hamba Tuhan setelah mendalami dan menekuni dunia filsafat. Seperti, Ibnu Sina dan Al-Farabi, Al-Ghazali, Ibnu Rusyd, Kalsteinbrink dan Annimarie Schimmell. Selintingan dualisme klaim dari kausal dunia filsafat di atas, menyebabkan adanya kesetaraan jumlah klaim “kemungkaran” yang di akibatkan oleh filsafat dengan klaim “keshalehan” yang dimotivasi oleh dunia filsafat. Lalu pertanyaanya, faktor apa yang menyebabkan atau yang mendorong manusia terhadap dua hal di atas?. Dan pentingkah filsafat dalam kehidupan manusia yang telah difitrahi 

Buku ini menjawab sistematis yang bilamana dibaca dan dikaji akan mendorong motivasi manusia kepada keshalehan. Melalui uraian-kajian sebagai berikut: pengertian filsafat, filsafat dan agama, filsafat dan ilmu, kajian-kajian filsafat, filsafat barat dari masa Yunani sampai masa modern, filsafat Barat (filsafat kontemporer), pemikiran filsafat dalam islam dan filsafat etika. Serta menyuguhkan tentang cara-cara mudah belajar filsafat yang di sajikan dengan bahasa sederhana dan gampang 

Dalam sub poin (Hubungan Filsafat dan Islam). Dr. Fuad Farid Ismail dan Dr. Abdul Hamid Mutawalli (penulis buku ini) secara komparatif menyebutkan bahwa sesunggunya, ajaran-ajaran islam yang luhur menganjurkan manusia untuk membangun basis keimanan di atas dasar rasionalitas. Islam senantiasa mendorong manusia untuk tidak menyia-nyiakan akal pikiranya. Sesuai bunyi ayat Al-qur’an yang memerintahkan manusia untuk senantiasa menggunakan panca indra dan akal yang diberikan Allah kepadanya. (QS. Al-a’raf: 185), yang artinya: “dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi, dan segala apa yang diciptakan Allah. Dan kemungkinan telah dekatnya waktu (kebinasaan) mereka?. Lalu berita mana lagi setelah ini yang akan mereka percayai?”. Ibnu Rusyd mendukung pernyataan di atas bahwa: “hikmah (filsafat) adalah kawan akrab sekaligus saudara sesusuan syariah (Agama)”. (hal. 

Tidak hanya itu, dua penulis buku ini juga mengkaji para filsuf Yunani antara akidah dengan filsafat dalam perspektif pemikiran filsuf-filsuf islam. Tentang logika, etika, politik, agama, metafisika dan lain-lain. Terutama dalam filsafat akidah syariat islam yang banyak ditemukan ketidak cocokan antara pemikiran tersebut dengan segi ajaran agama islam secara filosofis. Kedua penulis buku ini mengkomparasikan-mengkaji dari berbagai sudut pandang aliran filsafat (filsafat barat, Yunani dan 

Dalam hal ini, menurutnya ada dua kelompok filsuf, yaitu kelompok pertama, ialah kelompok para penganut filsafat positivisme yang berpandangan sempit terhadap ruang-ruang pengkajian filsafat. Sehingga tidak menyisakan ruang sedikitpun bagi filsafat untuk mengkaji objek tertentu. Filsafat hanya disebut sebagai suatu cara atau metode untuk menganalisa kata-kata yang tidak lebih dari sekedar logika. kolompok kedua, dalam kelompok ini mereka lebih memperluas objek kajiannya terhadap alam dan manusia. Ia mengkaji politik, sejarah, dan kebudayaan manusia. Sebagaimana juga agama, seni, bahasa dan lain-lain. Yang di perkuat dengan ungkapan Al-Farabi bahwa: “tidak ada entitas apapun di alam semesta ini, kecuali filsafat mempunyai pintu masuk kedalamnya”. (hal. 50-51).
            
Sedangkan menurut kedua penulis yang terlihat sangat menguasai eskalasi sejarah filsafat dunia ini, perbedaan tersebut dilatar belakangi dari perbedaan pijakan ontologis dan epistimologis yang dipeganginya. Yang pada akhirnya berimplikasi pada tataran aksiologisnya masing-masing. (hal. 52).
            
Keberagaman ini melahirkan cara berpikir manusia yang berbeda dalam melihat dan memaknai realitas hidup. Serta menyertakan makna-fungsi filsafat bagi kehidupan manusia (terutama bagi umat muslim) dan nilai-nlai filsafat etika yang sangat mendasar secara religius sekaligus sosial. Bahwa artinya sejauh ini filsafat sangat memiliki makna dan fungsi urgen dalam kehidupan manusia sebagai hamba yang di karuniai akal. Tujuannya ialah untuk mengantarkan manusia kepada puncak hakikatnya. Sungguh luar biasa.
            
Hanya sanya, meskipun terlihat apik dari pemilahan dalam berbagai bagian analisis dan penyusunan bahasa yang sederhana, sehingga mudah dipahami pembaca. Buku yang tebalnya 146 halaman ini tidak berdasarkan kemurnian pemikiran dua penulisnya. Akan tetapi buku ini hanyalah salinan yang diterjemahkan oleh Didin Faqihuddin, S.Ag. dari buku aslinya yang berjudul “Mabadi’ Al-falsafah Wa Al-akhlaq” menjadi sebuah buku “Cara Mudah Belajar Filsafat (Barat dan Islam)”. Selamat membaca dan mengkaji.

*Mahasiswa UNITRI Malang, semester 6 Jurusan ilmu Komunikasi

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | SharePoint Demo