April 21, 2013

Annama Rizal

Munajat Hati

Kiranya, izinkan kuramal segera cuaca kali ini
bersama burung-burung bersiul merdu
dan kuharap, kelak bisa kubasuh kembali rasa resah di kalbu
Sebelum semuanya gagal memeluk rindu
dan kelak, jika musim benar-benar menyatu dalam genggaman rindu
akan segera kusampaikan suara dalam ibuku
tentang airmata langit  yang senantiasa bersujud di pipiku
hingga sayup mataku pun basah airmata

dan angin itu, kini tak sanggup lagi

mewariskan kedamaian sekaligus kesejukan
sebab ia telah lepas terselip oleh keegoisan

Banuaju barat, 21a Februari 2013


Ketika Waktu berlalu di Matamu

Barangkali inilah silsilah mimpi itu, Zal
Meski sekedar sepi
Yang selalu hinggap bersama matahari pagi
Tetapi, inilah waktu itu ketika melepuh dalam rindu
Ia akan benar-benar menyatu- jadi satu
Hingga kelak, kuberharap ada rasa dalam cumbuh di pertemuan itu

Sebuah senyuman yang begitu mesrah
Memutar kenangan
Bersama sekuncup mawar merah di kedua kutup mataku
Lalu di kertas lusuh itu kau lukis warna
Mengaminkanku untuk menjadi kenangan
sebagai pelangi dalam setiap mimpi pagiku

Banuaju barat, 21 Februari 2013


Tadarus Kalbu

kala senja
aku mulai berdzikir memetik kerikir
dari sisa samping halaman rumahku
yang kutemukan sedang tergeletak dalam catatan kalbu
yang gagal menyatu pada yang satu

sungguh hatiku pun luluh
sebab ada perjumpaan yang belum usai
kusampaikan kepada tuhan

dan aku pun mulai berdialog di setiap waktu yang tak satu
belajar memetik tasbih
mengucap ya, Robbi
sungguh aku begitu merindukanmu
dalam setiap nafas yang berdetak
dan kalbu yang semakin merindu, sungguh

aku ingin selalu bersanding rindu
dalam setiap guratan kalbu
yang merindu selalu

Banuaju barat, 21 Februari 2013


Karena

Akh...
Mataku kembali silau
Oleh detak waktu yang kian memburu
Di dinding rumahku
Seakan-akan terus mengejarku
Dan sekali saja aku terlena
Maka hancurlah aku
Lenyap dalam catatan sejarah

Karena
Waktu benar-benar sedang tidak bergurau
Maupun sedang bersandiwara
Waktu itu dan selanjutnya
Luka kemarin itu bakal menjadi kenangan
Berlinang banjir di mataku
Akh...
Perih
Sakit rasanya

Banuaju, 05 Maret 2013


ANNAMA RIZAL, lahir di Banuaju Barat tepatnya di dusun Gunung Pekol. Dunia menulisnya di mulai sejak dia menginjak bangku Mts. Salah-satu lulusan dari Yayasan Taufiqurrahman Banuaju Timur. 

Dan saat ini sebagai siswi MAIA Pi Annuqayah, sementara karya-karyanya pernah dimuat di Buletin Al-Fikr, Media Lembaran Penyisir Sastra Iksabad (Persi) dan termasuk pemenang lomba “Cipta Cerpen” yang diadakan oleh MAIA Pi Annuqayah dari Jurusan Bahasa, dan saat ini masih  asyik berdialog rindu bersama suara hatinya di Annuqayah.



1 komentar:

Ummul Khair mengatakan...

Amazing.....
it's amazing...
only it from me...

salam dari Annuqayah... dan PERSI...

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | SharePoint Demo