Mei 31, 2013

Sulih Indra Dewi


SULIH INDRA DEWI Lahir di Malang, 13 Januari 1980. Lahir dari seorang ibu keturunan Jawa dan ayah keturunan Jawa-Madura sejak kecil dirinya dibesarkan dalam kesahajaan bersama tiga saudara perempuan lainnya. Sudah terbiasa bagi dirinya untuk membantu sang ibu berjualan makanan, memasak atau pun mengerjakan pekerjaan rumah tangga. 

Saat paling kritis dalam hidupnya adalah ketika dia lulus dari SMAN 2 Malang dan tidak bisa melanjutkan studi karena krisis moneter 1998. Jangankan berpikir untuk kuliah, untuk makan saja sudah susah. Untungnya dia menerima tawaran seorang teman untuk mengikuti kursus bahasa Inggris GRATIS di sebuah Yayasan Sosial. Mungkin ini cara terbaik untuk mengisi waktu luang pikirnya saat itu. Ternyata langkah ini merupakan keputusan terbaik yang pernah ia ambil. Langkah ini menghantarkannya pada perjalanan hidup yang tidak pernah terbanyangkan olehnya. Ia baru sadar bahwa dirinya sangat menyukai bahasa Inggris. 


Dalam waktu satu setengah tahun belajar, dia berhasil memenangkan beberapa lomba pidato, debat dan baca berita dalam bahasa Inggris serta mendapatkan kesempatan untuk kursus gratis serta bergabung dengan conversation club yang waktu itu masih jarang di Malang. Tahun 2000 ia memberanikan diri mengajar di yayasan tempat dia belajar. Berbagi ilmu dengan teman-teman yang mungkin senasib. Namun keinginan untuk melanjutkan studii tetap membara. Tahun 2011 ia sempat belajar dii Fakultas Hukum di sebuah perguruan swasta di Malang sambil mengajar tapi hanya bertahan selama 3 semester saja karena ia kemudian diterima bekerja di radio MAS FM dan masih juga mengajar sehingga jadwal anatara belajar dan bekerja kacau dan ia mengambil keputusan untuk berhenti kuliah. 

Saat itu ia percaya bahwa pendidikan formal bukan satu-satunya jalan untuk membawa kesuksesan. Orang bisa sukses tanpa kuliah. Sejak belajar bahasa Inggris dirinya menyimpan mimpi besar untuk bisa ke luar negeri. Australia adalah negara impiannya meski saat itu dia tidak tahu bagaimana cara untuk mewujudkannya. Bekerja di radio tanpa bekal yang cukup tentang radio dirasa cukup berat tapi ternyata ia menemukan kenikmatan dan passion disana. Ia jatuh cinta pada dunia radio apalagi ketika dia dipercaya memegang sebuah acara unggulan berbahasa Inggris di MAS FM, Groovy Chat. Dua hal yang dia cintai bersatu dan membuat dia semakin yakin bahwa ini adalah pilihan hidupnya karena radio telah mengajarkan banyak hal pada dirinya.

Tahun 2004 tawaran menggiurkan untuk melihat negeri kincir angin datang. Sebuah program pertukaran budaya bernama Aupair menjadi tiket untuk bisa melihat dunia secara gratis. Selama satu tahun tinggal di Belanda serta belajar bahasa dan budaya nya membuat pola pikirnya  banyak berubah. Dia merasa bahwa ternyata pendidikan formal itu sangat penting. Maka ketika kembali ke tanah air dirinya ingin melanjutkan studi di bidang yang memang dia sukai yaitu dunia kepenyiaran. Akhirnya, secara “kebetulan” ia masuk UNITRI dan menyelesaikan studi tepat empat tahun. Meski kuliah dirinya juga tetap bekerja di radio dan mengajar bahasa Inggris di beberapa tempat.

Satu hari tawaran beasiswa ke Australia datang. Sebagai negara yang menjadi impiannya sejak lama tentu tawaran ini tidak ditolaknya. Swinburne University of Technology, Melbourne menyambut dengan ramah dan memberikan banyak ilmu bagi dirinya.  Meski perjalanan untuk bisa kesana tidak mudah namun dirinya yakin mimpi itu sudah dekat. Satu persatu mimpi yang dia tuliskan menjadi nyata karena dia yakin akan kekuatan mimpi. Sempat pulang ke Indonesia di tengah masa studi untuk menikah, akhirnya dia dan suami pun berangkat ke Australia. 

Dirinya merasa lebih tenang dengan dukungan suami belajar di negeri asing. Saat ini dirinya telah menyelesaikan pendidikan Master of Media and Communication dan menyandang gelar Master of Arts serta kembali mengabdi untuk pendidikan dengan mengajar, membagikan ilmu untuk orang lain di Universitas Tribhuwana Tunggadewi (UNITRI). Dia yakin lewat pendidikanlah bangsa ini akan kembali bangkit dan maju. Motto hidp yang dia pegang “Jangan pernah takut untuk bermimpi dan jangan biarkan para pencuri mimpi mengambil mimpimu”. Sulih Indra Dewi seorang perempuan dari keluarga broken home dan sederhana ternyata mampu mewujudkan mimpi-mimpinya.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | SharePoint Demo